Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengidentiikasi berbagai kemampuan yang
dimiliki, menjelaskan sikap yang benar dalam menyikapi kemampuan berdasarkan
pesan Kitab Suci, sehingga terdorong untuk melakukan berbagai upaya
mengembangkan kemampuan agar dapat mengembangkan diri secara lebih bertanggung
jawab
Kosa kata / kata
kunci/ Ayat yang perlu diingat:
“Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi,
sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang
ada padanya akan diambil dari padanya” (Mat 25:29)
Mengidentifikasi Berbagai Keterbatasan
Kemampuan serta Sikap dalam Menghadapinya
Kemampuan atau ability merupakan kecakapan seorang individu untuk untuk mengerjakan tugas, pekerjaan, atau kegiatan tertentu.
Kemampuan itu wujudnya bisa bermacam-macam, antara lain:
- Bakat, yaitu kemampuan yang bersifat alami dan genetis, yang merupakan turunan dari orang tuanya. Anak yang kedua orang tuanya mempunyai bakat menyanyi, ada peluang mempunyai bakat menyanyi.
- Kepandaian, yakni kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan dan keterampilan dalam ilmu tertentu, misalnya: matematika, sejarah, bahasa, dan sebagainya
- Karakter, yakni kebiasaan yang sangat membantu untuk mencapai sukses. Misalnya: supel, mudah mempengaruhi orang lain, murah hati, murah senyum, penuh perhatian, bisa memimpin, mau bekerja keras, dan sebagainya.
- Potensi, yakni hal-hal yang dimiliki atau terdapat dalam diri yang bila dilatih dan dikembangkan dapat menjadi modal meraih sukses. Misalnya: tubuh yang ganteng dan tinggi bila dikembangkan bisa menjadi model, rambut yang bagus bila dirawat dengan baik bisa ditawarkan menjadi bintang iklan shampo, dan sebagainya.
- Minat, yaitu ketertarikan pada bidang atau kegiatan tertentu. Minat biasanya bersifat sangat labil atau angin-anginan, tetapi bila dijalani terus menerus dapat menjadi jalan menuju sukses. Contoh, ada orang yang mempunyai minat mengkoleksi uang kertas, atau mengkoleksi boneka, dan sebagainya.
Dalam iman kristiani, selain kemampuan, potensi dan
bakat, ada juga yang disebut karunia khusus (gift), yang sangat langka dimiliki
oleh manusia. Misalnya, seorang indigo bisa melihat kejadian di masa lalu atau
di masa depan, orang yang bisa melihat dan berkomunikasi dengan mahluk-mahluk
gaib, dan sebagainya. Dalam Kitab Suci disebutkan tentang beberapa karunia
khusus Roh Kudus, misalnya: karunia untuk berbahasa Roh, karunia untuk
menafsirkan bahasa Roh, dan sebagainya. Karunia-karunia tersebut merupakan
anugerah istimewa yang diberikan Allah pada orang-orang tertentu.
- Adakah di antara kalian yang mengalami kesulitan menemukan kemampuan?
- Siapa di antara kalian yang mendapatkan tambahan catatan dari teman?
- Kalau ada, apakah yang ditulis temanmu dapat kamu terima?
Sebagian orang merasa kesulitan mengetahui kemampuan yang dimilikinya. Untuk mengetahui kemampuan kita, kadang kita harus bertanya pada orang lain, entah orang tua, saudara, guru atau teman. Sebagian juga sering merasa ragu akan kemampuan dirinya. Apalagi bila kemampuan yang kita miliki dibandingkan dengan orang lain yang lebih baik.
Mengapa kita harus mengetahui potensi/kemampuan kita? dan Apa yang harus dilakukan terhadap potensi/kemampuan yang kita miliki?
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak mempunyai
kemampuan. Pada saat Allah menciptakan, Ia sudah membekali manusia dengan
berbagai kemampuan, walaupun kemampuan yang diberikan itu berbeda satu dengan yang
lain. Tugas manusia adalah bertanya, mencari, dan menemukan dalam dirinya
kemampuan-kemampuan itu.
Penting bagi kita untuk mengetahui kemampuan agar:
- Manusia mengetahui dan mengembangkan kemampuan yang ada.
- Memudahkan dalam menentukan cita-cita masa depan.
- Bisa mengetahui sejak dini cara mengatasi masalah berkaitan dengan kemampuan.
- Bisa menerima dan menghargai diri sendiri.
- Bisa meminta orang lain turut memberi nasihat atau saran dalam upaya kita mengembangkan diri.
Kemampuan setiap orang itu unik, semua orang dapat
berlari, tetapi ada yang dapat berlari dengan lebih cepat sehingga dapat meraih
sukses lewat kemampuan larinya itu. Semua orang dapat bicara, tetapi ada yang
beruntung dengan kemampuan bicaranya yang menghasilkan banyak uang. Ada yang
senang membicarakan orang lain, ada yang bicara seperlunya.
Kemampuan yang dianugerahkan Tuhan itu perlu dilatih dan
dikembangkan, agar lebih bermanfaat. Tidak dapat langsung terampil tanpa
berlatih.
Menggali
Pandangan Kitab Suci tentang Sikap
Terhadap Kemampuan
Bacalah teks Kitab Suci
Mat. 25:14-30 Perumpamaan tentang Talenta
14 “Sebab hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. 15 Yang seorang diberikannya lima talenta, yang seorang lagi dua dan yang seorang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya, lalu ia berangkat. 16 Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalankan uang itu lalu beroleh laba lima talenta. 17 Hamba yang menerima dua talenta itupun berbuat demikian juga dan berlaba dua talenta. 18 Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lobang di dalam tanah lalu menyembunyikan uang tuannya. 19 Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. 20 Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. 21 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 22 Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. 23 Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. 24 Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata: Tuan, aku tahu bahwa tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat di mana tuan tidak menabur dan yang memungut dari tempat di mana tuan tidak menanam. 25 Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah: Ini, terimalah kepunyaan tuan! 26 Maka jawab tuannya itu: Hai kamu, hamba yang jahat dan malas, jadi kamu sudah tahu, bahwa aku menuai di tempat di mana aku tidak menabur dan memungut dari tempat di mana aku tidak menanam? 27 Karena itu sudahlah seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. 28 Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. 29 Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. 30 Dan campakkanlah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. “
Penjelasan singkat tentang latar belakang perikop Kitab Suci di atas:
- Perumpamaan tentang talenta sebetulnya dipakai Yesus untuk menjelaskan tentang Kerajaan Allah, yang mengandung pesan ajakan agar setiap orang bertanggung jawab terhadap kepercayaan yang sudah diberikan Allah kepadanya. Orang yang memberikan talenta itu melambangkan Allah, sedangkan orang yang menerima talenta bisa melambangkan manusia.
- Talenta (bahasa Yunani Kuno ‘talanton’, ‘skala, ukuran, keseimbangan’) adalah suatu satuan ukuran yang beratnya kira-kira 80 pon (36 kg). Sering digunakan juga sebagai satuan mata uang. Satu talenta nilainya sekitar 6.000 dinar. Satu dinar merupakan upah yang lazim untuk kerja satu hari. Maka satu talenta kurang lebih sama dengan jumlah upah 20 tahun orang bekerja pada saat itu . Jadi satu talenta itu jumlah yang sangat besar pada saat itu.
- Perumpamaan ini sering dipakai juga untuk mereleksikan sikap dan tanggung jawab terhadap kemampuan yang kita miliki.
Selanjutnya,
- Kemampuan yang kita miliki merupakan anugerah Allah, yang diberikan dan dititipkan kepada kita. Kita dipanggil untuk mengembangkannya, agar mendatangkan keselamatan dan kebahagiaan bagi diri kita.
- Setiap orang diberi kemampuan yang berbeda sesuai dengan kehendak- Nya. Perbedaaan kemampuan itu mengandung maksud agar manusia saling membantu dan bekerja sama agar bisa mencapai sukses demi kebahagiaan dirinya sendiri dan sesamanya. Apa jadinya kalau semua orang hanya pandai mengajar, siapa yang jadi muridnya? Apa jadinya kalau semua orang jadi dokter, siapa yang membuat obatnya ?
Sikap yang perlu dimiliki atas kemampuan diri:
- Tidak menyombongkan diri atau rendah hati
- Bersyukur
- Melatih dengan tekun, disiplin dan tekad yang kuat
- Bersedia mengamalkan kemampuan
- Tidak melupakan Tuhan dalam mengembangkannya
Faktor-faktor yang dapat menghambat upaya mengembangkan
kemampuan:
- Sikap: malas, tidak mau bertanya pada orang lain, tidak mau mencoba.
- Sarana dan prasarana yang tidak mendukung, tidak ada biaya, kurangnya dukungan dari orang tua, kurangnya dukungan teman dan sebagainya.
Cara mengembangkan kemampuan melalui 5E: (Exposure,
Education, Environment, Experience, Evaluation)
- Exposure. Belajar dengan cara melihat orang yang ahli di bidangnya berlatih atau mengerjakan keahliannya.
- Education Mengikuti pendidikan atau pelatihan yang sesuai dengan kemampuan serta cita-cita, atau dengan membaca berbagai sumber informasi yang sesuai dengan kemampuanmu.
- Environment Orang yang ingin ahli bermain basket, perlu bergaul dengan mereka yang senang dan ahli bermain basket. Hindari dengan teman yang senang hura-hura dan buang waktu percuma.
- Experience Kemampuan dan keterampilan akan meningkat bila dilatih terus menerus, dilakukan dan dialami. Jangan hanya dibayangkan, jangan pula hanya menghafal teorinya. Banyak siswa nilai matematika-nya kurang atau pas-pasan, karena kurang berlatih.
- Evaluation Dalam mengembangkan kemampuan, tak perlu segan untuk bertanya kepada orang lain apakah yang kita lakukan sudah benar atau belum. Jangan pula takut menerima saran atau kritik dari orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar