Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu mengidentiikasi keterbatasan dirinya, dan
memahami cara menyikapi serta cara mengatasinya secara bertanggung jawab
sebagaimana diteladankan oleh orang lain dengan dilandasi pesan Kitab Suci
sehingga memiliki sikap pecaya diri dan menghargai kelemahan sesama.
Kosa kata / kata kunci/ Ayat yang perlu diingat
“ Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau” Yeremia 1:8
Mengamati
Keterbatasan Diri
- Setiap manusia dikaruniai oleh Allah dengan berbagai kemampuan. Tidak seorang manusia pun sempurna, tidak memiliki kekurangan, kelemahan atau keterbatasan diri.
- Keterbatasan manusia dapat diartikan sebagai kondisi yang tidak dapat dilampaui manusia untuk dapat berkembang seutuhnya.
- Keterbatasan ada yang sifatnya sementara, ada yang sifatnya menetap. Contoh keterbatasan yang sifatnya tetap ialah kematian. Semua manusia terbatas kemampuannya untuk mempertahankan hidup. Manusia tidak selamanya akan muda, tapi akan tua, ia juga bisa sakit, dan pasti akan mati, walaupun waktunya bisa berbeda.
- Keterbatasan manusia dapat berupa keterbatasan fisik jasmaniah, seperti contoh, badannya pendek, cacat, dan sebagainya. Keterbatasan psikis, seperti pemalu, kurang terbuka terhadap orang lain, kurang berani mencoba, dan sebagainya.
- Keterbatasan dalam hal kemampuan di antaranya: kurang cerdas dalam menguasai pelajaran tertentu, tidak menyukai pelajaran sosial, dan sebagainya. Keterbatasan penunjang seperti: kemampuan ekonomi orang tua yang kurang, tidak memiliki peralatan, dan sebagainya.
- Apa yang dipandang seseorang sebagai keterbatasan, belum tentu menjadi keterbatasan bagi orang lain.
Manfaat mengetahui keterbatasan atau kekurangan
- 1) Membuat kita memiliki sikap positif terhadap diri sendiri. Sadar bahwa diriku bukan mahluk yang sempurna.
- 2) Membuat diri kita makin mengetahui cara menempatkan diri dalam pergaulan, dan tidak bereaksi negatif terhadap orang lain. Kita tidak akan mudah marah dikatakan sombong, bila kita sadar bahwa memang kita cenderung menyombongkan diri.
- 3) Membuat kita mengetahui apa yang perlu diperbaiki atau dilatih. Kalau kita pemalu, justru jangan menjauh dari orang lain, melainkan harus aktif bergaul dan mendekati orang lain.
- 4) Membuat kita berusaha berfokus pada kekuatan yang dimiliki. Kalau sadar bahwa kurang terampil dalam pelajaran eksakta, maka selain terus berlatih agar nilai eksakta menjadi lebih baik, juga berusaha menunjukkan prestasi pada pelajaran yang lain yang disenangi.
Sikap negatif dalam menghadapi keterbatasan atau kekurangan diri dengan:
- Menutupi kekurangan lalu bertindak munaik. Contoh, ada orang yang sesungguhnya keluarganya pas-pasan, tapi supaya diterima oleh teman- temannya dia sering bercerita atau berpenampilan seolah-olah dia berasal dari orang kaya.
- Tidak puas terhadap diri sendiri, lebih ingin menjadi seperti orang lain. Contoh, banyak orang yang karena tidak puas terhadap penampilannya, lalu melakukan operasi plastik.
- Minder dan mengurung diri karena merasa diri paling hina, paling sial di dunia ini.
- Menyalahkan Tuhan, dan menganggap Tuhan tidak adil.
Sikap positif yang perlu dikembangkan dalam
menghadapi keterbatasan:
- Menerima dan menyadarinya tanpa harus menutup-nutupi.
- Memberi perhatian secara khusus pada kelemahan untuk diwaspadai sehingga tidak menyakiti atau merugikan orang lain. Contoh, kalau tahu bahwa kita usil, kita harus berlatih menahan diri agar tidak usil, sehingga tidak ada teman yang marah akibat kebiasaan kita.
- Menjadikan kelemahan sebagai kekuatan. Contoh, kalau merasa orang kurang mampu secara ekonomi, maka kita berusaha belajar sebaik mungkin sehingga bisa mendapatkan beasiswa sehingga meringankan beban orang tua.
- Keterbatasan yang kita miliki tidak selamanya menjadi penghalang untuk meraih sukses. tidak menjadikan keterbatasan isiknya untuk mendorong rasa iba dari orang lain. Kelemahan itu menjadi tekad dan semangat untuk mandiri dan sukses.
Dalam hidup sehari-hari, kalian bisa menemukan banyak
orang yang justru menjadikan kelemahan sebagai alat untuk dikasihani. Mereka
menjadi pengemis atau lainnya.
Kalian sudah mendengar, karena keuletannya banyak orang
miskin bisa sukses studinya dan pekerjaannya. Keterbatasan perlu disikapi secara
positif, bukan dengan mengeluh, minder, frustrasi, iri, atau menghalalkan
segala cara yang pada akhirnya menyengsarakan diri sendiri.
Mendalami Pesan Kitab Suci tentang Sikap
Menghadapi Keterbatasan
Bacalah dan renungkan dua teks Kitab Suci berikut.
Yeremia 1 : 4-8
4 Firman TUHAN datang kepadaku, bunyinya: 5 “Sebelum Aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.” 6 Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan ALLAH! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda” 7 Tetapi TUHAN berirman kepadaku: “Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi, dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan. 8 Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau, demikianlah irman TUHAN.”
Lukas 5:27-32:
27 Kemudian, ketika Yesus pergi ke luar, Ia melihat seorang pemungut cukai, yang bernama Lewi, sedang duduk di rumah cukai. Yesus berkata kepadanya: “Ikutlah Aku!” 28 Maka berdirilah Lewi dan meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Dia. 29 Dan Lewi mengadakan suatu perjamuan besar untuk Dia di rumahnya dan sejumlah besar pemungut cukai dan orang-orang lain turut makan bersama- sama dengan Dia. 30 Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bersungut-sungut kepada murid- murid Yesus, katanya: “Mengapa kamu makan dan minum bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa ?” 31 Lalu jawab Yesus kepada mereka, kata-Nya: “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; 32 Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.”
Mari kita lihat apa isi perikop teks Kitab Suci diatas.
- Apa keterbatasan atau kekurangan yang dimiliki oleh Yeremia dan Lewi?
- Bagaimana sikap Allah terhadap mereka?
- Pesan apa yang bisa kalian petik dari kedua kisah kedua tokoh di atas?
- Dalam beberapa kisah Perjanjian Lama, kita bisa menemukan tokoh-tokoh yang dipanggil Tuhan untuk menyelamatkan umat-Nya Israel, bukanlah orang-orang yang hebat, melainkan orang-orang biasa yang memiliki kekurangan dan keterbatasan.
- Ketika Yeremia dipanggil menjadi nabi, ia pun bukan orang yang hebat atau sempurna. Ia merasa masih sangat muda. Waktu itu usianya baru sekitar 18 tahun. Ia harus mengajak bangsa Yehuda bertobat karena banyak yang menyembah berhala dan melakukan ketidakadilan. Ia juga harus melawan nubuat nabi-nabi palsu. Ketika ia dipanggil, ia merasa belum pantas karena tidak pandai bicara dan merasa masih sangat muda. Tetapi Allah menguatkan dia, dan berjanji untuk menyertai dia.
- Lewi adalah salah satu dari 12 rasul Yesus. Ia rupanya mempunyai pendidikan yang lumayan, tetapi sebagai pemungut cukai dia banyak melakukan korupsi. Itulah sebabnya orang Farisi dan ahli Taurat membenci dia dan orang-orang pemungut cukai lainnya. Sekali pun Yesus tahu dia orang berdosa, tetapi Ia berkenan memanggil dia untuk ikut serta dalam karya pewartaan Yesus.
- Rasul-rasul Yesus juga bisa dikatakan bukan orang-orang hebat. Kebanyakan mereka adalah nelayan yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan yang tinggi. Tapi justru, orang-orang yang sederhana seperti mereka, dipanggil oleh Yesus untuk menjadi murid-Nya.
- Kalian juga pasti kenal dengan Rasul Paulus. Dia adalah pembunuh bayaran yang dibayar untuk membunuh para pengikut Yesus supaya tidak berkembang. Tetapi melalui pengalaman bertemu dengan Yesus yang bangkit dalam wujud cahaya yang membutakan matanya, ia mau bertobat dan berbalik menjadi pewarta Injil Yesus Kristus yang luar biasa.
- Kisah tokoh-tokoh Kitab Suci seperti di atas, memberi pesan bahwa: kita perlu mengakui kelemahan dan kekurangan kita di hadapan Allah dengan jujur dan rendah hati. Kita diajar untuk tidak sombong seolah dapat melakukan segala sesuatu dengan kekuatan dan kehebatan yang kita miliki. Justru kita dipanggil untuk berani mengandalkan Tuhan dalam melakukan tugas apa pun serta dalam usaha mengembangkan diri demi meraih masa depan.
- Kita perlu belajar percaya, bahwa tak ada yang mustahil bagi Tuhan. Selama kita mengandalkan Dia, sekalipun kita memiliki keterbatasan, pasti bisa tercapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar