Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami peran teman serta pesan Kitab
Suci tentang sikap dalam berelasi dengan teman sehingga terdorong untuk
mengembangkan relasi tersebut menjadi
persahabatan dan makin peduli terhadap teman- temannya
Kosa kata/ kata
kunci/ Ayat yang perlu diingat
Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang
yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya Yoh (15:13).
Banyak orang mengartikan teman sebagai orang yang
dianggap dekat, orang yang memiliki hobi atau minat yang sama, orang yang
peduli terhadap diri kita, atau orang yang bisa kita percaya. b. Pentingnya
memiliki teman agar kita bisa saling mendukung, tempat mencurahkan isi hati,
berbagi ilmu, saling belajar, dan sebagainya
Kita butuh kehadiran orang lain, baik sebagai teman
maupun sebagai sahabat agar dapat mengembangkan diri kita. Dalam kenyataannya, kita bisa memiliki banyak
teman, tetapi hanya beberapa yang sungguh-sungguh menjadi sahabat.
Teman dan sahabat itu berbeda. Perbedaan itu terutama
nampak dalam kadar pengenalan dan hubungan itu sendiri. Dalam tingkat
pertemanan, pengenalan kita sangatlah
terbatas. Misalnya terbatas pada nama, asal sekolah, atau alamat rumah. Tidak
banyak waktu dihabiskan untuk berbicara satu sama lain. Dalam persahabatan, kadar pengenalan, relasi,
serta komunikasi jauh lebih dalam. Kita bisa mencurahkan isi hati tentang
masalah-masalah pribadi yang kita hadapi. Sebaliknya, kita juga bisa mengetahui
kesulitan yang dihadapi dirinya maupun orang tuanya, atau pun harapan dan
keinginannya, dsb.
Kita butuh sahabat agar dapat saling mengembangkan diri.
Sahabat adalah orang yang saling mengenal secara mendalam, saling setia, dan
percaya. Ia tidak meninggalkan saat kita mengalami masalah, berani mengkritik
atau menasihati kalau kita melakukan kesalahan, dan berani menawarkan solusi
saat kita mengalami kebuntuan. Ia tidak akan menjerumuskan kita pada tindakan
yang salah, mau menerima kita apa adanya, berani mengorbankan waktu, tenaga,
dan pikiran demi kebahagiaan temannya. Kehadirannya membuat kita merasa aman,
dan sebagainya.
Beberapa sikap yang sering dapat menghancurkan
persahabatan antara lain, egois, mencari keuntungan diri, munaik atau sikap
pura-pura, tidak jujur dan tidak setia. Sebaliknya, sikap yang harus dipupuk
adalah penuh cinta, terbuka, jujur, rela berkorban tanpa pamrih, saling
memahami, setia dan tidak mencari keuntungan diri.
Persahabatan perlu disertai dengan sikap kritis. Kita
perlu sadar bahwa siapa pun, entah kita sendiri atau sahabat kita, bisa saja
mengalami saat-saat jatuh dalam pikiran dan sikap jahat, atau menawarkan
nilai-nilai yang dapat menghancurkan diri kita. Kasus perkelahian antarpelajar
diawali dengan persahabatan yang akrab satu sama lain. Sedemikian akrabnya,
ajakan teman untuk berbuat ulah pun akhirnya diikuti juga. Walaupun banyak
remaja yang tahu bahwa berkelahi itu tidak baik, karena takut dinilai tidak
solider, akhirnya ikut-ikutan melakukan. Kasus yang lain terlihat dalam
kekompakan untuk membolos dari sekolah atau menghabiskan waktu bermain game
online.
Mendalami
pesan Kitab Suci tentang persahabatan
Bacalah kutipan-kutipan
Kitab Suci berikut.
1 Samuel 18: 1-4 ;
19:1-7
1 Ketika Daud habis berbicara dengan Saul, berpadulah jiwa Yonatan dengan jiwa Daud; dan Yonatan mengasihi dia seperti jiwanya sendiri. 2 Pada hari itu Saul membawa dia dan tidak membiarkannya pulang ke rumah ayahnya. 3 Yonatan mengikat perjanjian dengan Daud, karena ia mengasihi dia seperti dirinya sendiri. 4 Yonatan menanggalkan jubah yang dipakainya, dan memberikannya kepada Daud, juga baju perangnya, sampai pedangnya, panahnya dan ikat pinggangnya. 1 Saul mengatakan kepada Yonatan, anaknya, dan kepada semua pegawainya, bahwa Daud harus dibunuh. Tetapi Yonatan, anak Saul, sangat suka kepada Daud, 2 sehingga Yonatan memberitahukan kepada Daud: “Ayahku Saul berikhtiar untuk membunuh engkau; oleh sebab itu, hati-hatilah besok pagi, duduklah di suatu tempat perlindungan dan bersembunyilah di sana. 3 Aku akan keluar dan berdiri di sisi ayahku di padang tempatmu itu. Maka aku akan berbicara dengan ayahku perihalmu; aku akan melihat bagaimana keadaannya, lalu memberitahukannya kepadamu.” 4 Lalu Yonatan mengatakan yang baik tentang Daud kepada Saul, ayahnya, katanya: “Janganlah raja berbuat dosa terhadap Daud, hambanya, sebab ia tidak berbuat dosa terhadapmu; bukankah apa yang diperbuatnya sangat baik bagimu! 5 Ia telah mempertaruhkan nyawanya dan telah mengalahkan orang Filistin itu, dan TUHAN telah memberikan kemenangan yang besar kepada seluruh Israel. Engkau sudah melihatnya dan bersukacita karenanya. Mengapa engkau hendak berbuat dosa terhadap darah orang yang tidak bersalah dengan membunuh Daud tanpa alasan?” 6 Saul mendengarkan perkataan Yonatan dan Saul bersumpah: “Demi TUHAN yang hidup, ia tidak akan dibunuh.” 7 Lalu Yonatan memanggil Daud dan Yonatan memberitahukan kepadanya segala perkataan itu. Yonatan membawa Daud kepada Saul dan ia bekerja padanya seperti dahulu.
Yohanes 15:9-17
9“Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. 10Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. 11Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh. 12Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. 13Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. 14Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu. 15Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku. 16Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. 17Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain.”
Peneguhan dari bacaan Kitab Suci diatas:
- Kitab Samuel mengisahkan kehebatan Daud dalam memimpin perang serta kerendahan hatinya. Hal itu membuat Yonathan, anak Raja Saul, sangat mengagumi Daud. Ia tahu bahwa Daud hanyalah orang biasa, sedangkan dirinya berasal dari keluarga ningrat. Yonatan sangat mengasihi Daud seperti mengasihi jiwa dan raganya sendiri. Sebagai tanda ikatan persahabatannya, Yonatan memberikan tanda-tanda kebesarannya sebagai putra mahkota, seperti jubah, pedang, anak panah, dan ikat pinggangnya. Tetapi tidak demikian dengan ayahnya. Raja Saul justru makin iri akan keberhasilan Daud. Berkali-kali ia berusaha membunuh Daud. Ketika Yonatan tahu maksud ayahnya, ia berusaha menegur ayahnya secara halus agar tidak membunuh Daud, karena ia tahu Daud orang baik. Berkat keberanian Yonatan, Raja Saul tidak jadi membunuh Daud.
- Yonatan memperlihatkan sikap yang luar biasa dalam persahabatan. Dia mengakui kebaikan dan kebenaran sahabatnya. Pengakuan itu tidak luntur oleh apa pun, termasuk oleh niat busuk ayahnya sendiri. Yonatan tidak mau mengkhianati persahabatannya dan tidak berkompromi dengan niat jahat ayahnya. Dia berani menanggung risiko demi melindungi keselamatan sahabatnya, yang hidupnya benar dan baik.
- Injil Yohanes menampilkan makna persahabatan yang sangat luhur.
- Pertama, Yesus menyebut murid-murid-Nya sebagai sahabat. Bagi Yesus, murid-murid-Nya bukan sekedar orang-orang yang mengikuti-Nya ke sana- kemari. Mereka sudah biasa bersama-sama dengan Yesus. Yesus mengenal mereka secara mendalam.
- Kedua, tidak hanya menyebut mereka sahabat, Yesus benar-benar membuktikan pengakuannya dengan rela menanggung sengsara sampai wafat di kayu salib. Itu semua dilakukan tanpa pamrih dan tidak berpura- pura. Itulah sebabnya Yesus berkata, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (ay. 13).
- Ketiga, kesediaan Yesus untuk berkorban demi sahabat-sahabat-Nya didasari pada pengalaman diri-Nya dikasihi Allah. Ia merasa sangat dikasihi Allah. Ia merasa sangat dekat dengan Allah bagaikan sahabat. Sedemikian dekatnya, Ia mampu memahami kehendak Allah. Segala yang dipikir Yesus sesuai dengan kehendak Allah. Persahabatan dengan Allah yang Ia rasakan, Ia balas dengan mengasihi mengasihi murid-murid-Nya.
- Keempat, Yesus juga menghendaki agar para murid-Nya melakukan hal yang sama. Mereka sudah dikasihi Yesus, maka mereka harus saling mengasihi satu sama lain.
Dengan memperlakukan para murid-Nya sebagai sahabat,
Yesus mendorong mereka menjadi orang-orang yang hebat. Terlepas dari latar
belakang mereka sebagai nelayan atau petani. Setelah Yesus terangkat ke surga,
mereka berani tampil untuk berkotbah dan mewartakan Injil.
Persahabatan yang sejati adalah persahabatan yang dilandasi oleh kasih Allah. Demi kasih-Nya kepada manusia, Allah berkenan mengorbankan Anak-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar