Minggu, 26 Januari 2025

SAKRAMEN BAPTIS

 

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  makna dan konsekuensi Sakramen Baptis sehingga pada akhirnya dapat bersyukur atas baptisannya.

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah.” (Yoh 3:5)

Menggali pengalaman tentang pembaptisan

Sakramen Inisiasi yang pertama dalam Gereja Katolik adalah Sakramen Baptis atau Permandian. Sakramen Baptis menjadi pintu gerbang untuk dapat menerima sakramen-sakramen yang lainnya. 

Sakramen Baptis adalah sakramen dasar bagi orang Kristiani. Dengan dibaptis, seseorang bergabung secara sah menjadi anggota Gereja.

Baptis berasal dari bahasa Yunani Baptizo yang berarti pembasuhan atau pencucian. Berdasar pengertian tersebut, membaptis dapat diartikan sebagai membenamkan calon ke dalam air atau menuangkan air ke atas kepala sambil mengucap atas nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus.

Bermula dari peristiwa setelah kebangkitan, Yesus memberikan tugas perutusan kepada para rasul untuk membaptis (Mat 28:19). Sejak Pentakosta, Gereja melayani pembaptisan kepada setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus.

Sarana yang dipergunakan dalam sakramen baptis antara lain:

  1. Air sebagai lambang membersihkan dari dosa-dosa,
  2. Lilin menyala, yang melambangkan cahaya Kristus sebagai penerang dalam kehidupan, karena kita adalah anak terang Kristus (Ef 5:8),
  3. Kain putih yang melambangkan “mengenakan Kristus.” Sesudah dibaptis, kita mengandalkan kekuatan Kristus dalam menjalani hidup. Dalam Gereja Katolik, pembaptisan dapat dibedakan menjadi dua yaitu, baptisan bayi dan baptisan dewasa. Dalam babtisan bayi, Gereja membaptis bayi beberapa bulan setelah bayi lahir.

Pada dasarnya, dosa asal sudah ada, maka pembatisan bayi berarti bayi telah diselamatkan dari kuasa jahat untuk dibebaskan menjadi anak-anak Allah. Untuk dapat melaksanakan pembaptisan bayi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu adanya pendampingan orang tua dan Gereja untuk mengucapkan pengakuan iman. Orang tua yang bertanggung jawab atas iman dari si bayi.

Baptisan dewasa diberikan khusus kepada mereka yang sudah dewasa.  Seperti halnya pembaptisan bayi, baptis dewasa pun memiliki beberapa persyaratan antara lain,

  • Percaya kepada Kristus sebagai penyelamat,
  • Mengikuti pelajaran calon katekumen sekurang-kurangnya 1 tahun, dan
  • Mengucapkan pengakuan iman pada waktu pembaptisan.

Menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang pembaptisan dalam Gereja Katolik sebagai Sakramen Inisiasi

Bacalah teks Kitab Suci berikut ini!

Mat 28:16-20

16 Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17 Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18 Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. 19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.

Yoh. 3: 1-7

1Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. 2Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata, “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” 3Yesus menjawab, kata-Nya, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” 4Kata Nikodemus kepada-Nya, “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” 5Jawab Yesus, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. 6Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. 7Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.”

Mat 3:1-17

1 Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan memberitakan: 2 “Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!” 3 Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: “Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya.” 4 Yohanes memakai jubah bulu unta dan ikat pinggang kulit, dan makanannya belalang dan madu hutan. 5 Maka datanglah kepadanya penduduk dari Yerusalem, dari seluruh Yudea dan dari seluruh daerah sekitar Yordan. 6 Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. 7Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang? 8 Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. 9 Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! 10 Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. 11 Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. 12 Alat penampi sudah ditangan- Nya. Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya dan mengumpulkan gandum-Nya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” 13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: “Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?” 15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: “Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.” Dan Yohanes pun menuruti-Nya. 16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.”

Pokok-pokok peneguhan

Berbeda dengan baptisan bayi, ada empat tahapan yang harus dilalui seseorang dewasa untuk mencapai baptisan tersebut. Adapun keempat tahapan tersebut adalah:

  1. Tahapan Prakatekumenat, yaitu masa untuk pemurnian motivasi calon, yang diakhiri dengan upacara tahap pertama, yaitu pelantikan menjadi katekumen,
  2. Tahapan Katekumenat, yaitu masa untuk pengajaran dan pembinaan iman, serta latihan hidup dalam jemaat. Masa ini diakhiri dengan upacara pengukuhan katekumenat terpilih,
  3. Tahapan persiapan terakhir, yaitu masa khusus untuk mempersiapkan diri menerima sakramen inisiasi, yang diakhiri dengan upacara peneriman Sakramen Baptis,
  4. Tahapan mistagogi, yaitu masa untuk pembinaan lanjutan setelah seseorang menerima Sakramen Baptis. Menurut Kitab Hukum Kanonik, calon baptis hendaknya didampingi oleh wali baptis, yang bertugas untuk mendampingi calon baptis dewasa dalam inisiasi kristiani, dan juga mengusahakan agar yang dibaptis hidup secara kristiani sesuai dengan nama baptisnya serta memenuhi dengan setia kewajiban-kewajiban yang melekat pada baptis itu” (KHK No. 872).

Buah atau rahmat dari Sakramen Baptis adalah dihapuskan dari segala dosa, dilahirkan kembali menjadi anak Allah, mendapat rahmat pengudusan dan pembenaran yang mempersatukan seseorang dengan Kristus dan Gereja-Nya, ikut ambil bagian dalam tugas Gereja, dan dimeteraikan sebagai milik Kristus selama-lamanya.

GEREJA SEBAGAI TANDA DAN SARANA KESELAMATAN

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  Gereja sebagai tanda dan sarana keselamatan sehingga mereka mampu menghayati karya keselamatan dalam Gereja

Kosa kata / kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

Kata Yesus kepadanya: “Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Luk 19:9-10)

Menggali pengalaman hidup tentang keselamatan

Setiap orang senantiasa menginginkan keselamatan. Berbagai macam usaha yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan suatu keselamatan. Guna mengingatkan kita semua, banyak kita temukan imbauan atau ajakan untuk waspada yang diungkapkan dalam berbagai simbol, baik menggunakan kata-kata, juga menggunakan gambar.

Orang beriman kristiani menghayati bahwa keselamatan itu bersumber dari Allah. Karena dari Allah, keselamatan itu diperuntukkan bagi semua orang.

Keselamatan tidak diperuntukkan bagi orang tertentu. Tidak hanya bagi orang kaya, bangsa, atau kelompok tertentu. Tidak peduli, orang itu baik atau jahat sesuai ukuran manusia. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar (Matius 5:45).

 Sumber keselamatan pun datangnya dari Allah sendiri. Seperti yang terungkap dalam kisah para rasul. “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.” (Kis 4:12) Yesus berkarya untuk mewartakan kabar suka cita Kerajaan Allah. Karya Yesus ini untuk keselamatan seluruh umat manusia.

Yesus menghendaki agar semua manusia mendapatkan keselamatan. Karya Yesus dilanjutkan oleh para rasul dan dilanjutkan oleh para penerusnya, yaitu para uskup yang dibantu oleh imam dan umat beriman dalam Gereja.

Memahami Gereja sebagai sarana penyelamatan berdasar dokumen Gereja dan Kitab Suci

Bacalah dua teks dokumen Gereja berikut ini!

Lumen Gentium Art. 1

Terang para bangsalah Kristus itu. Maka Konsili suci ini, yang terhimpun dalam Roh Kudus, ingin sekali menerangi semua orang dengan cahaya Kristus, yang bersinar pada wajah Gereja, dengan mewartakan Injil kepada semua makhluk (lih. Mrk 16: 15). Namun, Gereja itu dalam Kristus bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan kesatuan seluruh umat manusia. Maka dari itu, menganut ajaran konsili-konsili sebelum ini, Gereja bermaksud menyatakan dengan lebih cermat kepada umatnya yang beriman dan kepada seluruh dunia, manakah hakikat dan perutusannya bagi semua orang. Keadaan zaman sekarang lebih mendesak Gereja untuk menunaikan tugas itu, yakni supaya semua orang, yang dewasa ini tergabungkan secara lebih erat berkat berbagai hubungan sosial, teknis dan budaya, memperoleh kesatuan sepenuhnya dalam Kristus.

Lumen Gentium Art. 9

Di segala zaman dan pada semua bangsa Allah berkenan akan siapa saja yang menyegani-Nya dan mengamalkan kebenaran (lih. Kis 10: 35). Namun Allah bermaksud menguduskan dan menyelamatkan orang-orang bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya. Tetapi Ia hendak membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi kepada-Nya dengan suci. Maka Ia memilih bangsa Israel menjadi umat-Nya, mengadakan perjanjian dengan mereka, dan mendidik mereka langkah demi langkah, dengan menampakkan diri-Nya serta rencana kehendak-Nya dalam sejarah, dan dengan menguduskan mereka bagi diri-Nya. Tetapi itu semua telah terjadi untuk menyiapkan dan melambangkan perjanjian baru dan sempurna, yang akan diadakan dalam Kristus, dan demi perwahyuan lebih penuh yang akan disampaikan melalui Sabda Allah sendiri yang menjadi daging ….

Pokok peneguhan berikut:

Tugas Gereja saat ini adalah melanjutkan karya perutusan Yesus kepada para rasul untuk mewartakan keselamatan kepada seluruh umat manusia.  Wajah dan kehadiran Yesus, dengan demikian nampak dalam wajah dan kehadiran Gereja di tengah masyarakat. Gereja menjadi sarana bagi umat untuk dapat menjalin komunikasi yang semakin dekat dan erat dengan Allah.

Komunikasi atau pertemuan manusia dengan Tuhan biasanya dilakukan dengan menggunakan simbol-simbol atau tanda-tanda. Tanda atau simbol dalam komunikasi atau pertemuan kita dengan Tuhan itulah yang disebut dengan sakramen.

Kata sakramen berasal dari bahasa latin sacramentum, yang berarti tanda dan sarana keselamatan Allah bagi manusia. Dalam Gereja, tanda dan sarana keselamatan itu dapat diungkapkan melalui  tujuh sakramen, yaitu sakramen baptis, sakramen ekaristi, dan sakramen penguatan, yang adalah sakramen inisiasi. Simbol dan tanda lainnya adalah sakramen tobat dan sakramen pengurapan orang sakit, yang dikelompokkan menjadi sakramen penyembuhan.

Sementara itu, sakramen imamat dan sakramen perkawinan yang dikelompokkan dalam sakramen pelayanan persekutuan dan perutusan. Dalam dan melalui Kristus, Gereja bagaikan sakramen, yakni tanda dan sarana persatuan mesra dengan Allah dan seluruh umat (Lumen Gentium art 1).

Gereja menjadi sakramen persatuan manusia dengan Allah secara mendalam (KGK 775). Gereja juga adalah alat Kristus (KGK 776). Di dalam tangan Tuhan, Gereja adalah alat penyelamatan semua orang (LG 9), sakramen keselamatan bagi semua orang (LG 48)

KARYA PASTORAL GEREJA

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  karya pastoral Gereja adalah turut serta mewartakan Kerajaan Allah sehingga mereka mampu terlibat dalam karya pastoral Gereja 

Kosa kata / kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

 “Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, …” (Kis 2:44)

Menggali pengalaman Jemaat Perdana dalam membangun komunitas

Bacalah teks Kitab Suci berikut ini!

Hidup Jemaat Perdana (Kis 2: 41-47)

41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. 44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, 45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagibagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing- masing. 46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, 47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan

Pokok-pokok peneguhan:

Berdasarkan Kis 2: 41-47, kita dapat melihat ciri hidup jemaat perdana antara lain:

  • Pada Ayat 42 kita menemukan kalimat bahwa mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Kalimat ini mengandung tiga ciri hidup dari jemaat perdana, yaitu bertekun dalam ajaran para rasul, bertekun dalam persekutuan, dan berdoa memuji Allah.
  • Pada ayat 43 kita menemukan kalimat yang menegaskan bahwa rasul-rasul itu mengadakan banyak mukjizat dan tanda. Kalimat ini mengandung satu ciri hidup mereka, yaitu mereka memberikan kesaksian melalui mukjizat yang mereka lakukan.
  • Pada ayat 44 dan 45, kita menemukan satu ciri hidup jemaat perdana lainnya, yaitu mereka saling memperhatikan dan memenuhi kebutuhan hidup.

Ciri hidup jemaat perdana yang sangat mengagumkan itu menjadikan mereka disukai oleh banyak orang dan Tuhan senantiasa memperbanyak jumlah mereka.

Memahami  karya pastoral Gereja dalam melanjutkan ciri hidup Jemaat Perdana

Salah satu ciri Gereja adalah apostolik, yang artinya Gereja berasal dari para rasul dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka. Atas dasar ini, ciri hidup dari jemaat perdana (Gereja para rasul) adalah bertekun dalam pengajaran para rasul, bertekun dalam persekutuan, saling memperhatikan kebutuhan hidup, dan berkumpul untuk memuji Allah dan berdoa (Bdk. Kis 2: 41-47), dan sampai sekarang ciri tersebut masih dipelihara dan dilaksanakan oleh Gereja.

Dalam melaksanakan ciri hidup jemaat perdana ini, Gereja mengenal 5 (lima) tugas pokok Gereja, yang terdiri atas bidang pewartaan (Kerygma), persekutuan (Koinonia), pengudusan (Leyturgia), pelayanan (diakonia) dan Kesaksian (Martyria).

  1. Bidang Pewartaan (Kerygma) adalah segala bentuk pewartaan, pengajaran iman, dan komunikasi iman untuk saling meneguhkan, berbagi pengalaman iman dan saling meluruskan pandangan iman. Contonya, pelajaran agama, pelajaran untuk calon baptis, katekese umat, kotbah dan lain lain.
  2. Bidang Persekutuan (Koinonia) adalah segala usaha untuk semakin mewujudkan persaudaraan murid-murid Kristus dengan saling membantu, menguatkan, bekerja sama dan berkumpul dalam communio. Contohnya, kelompok putra altar, OMK, kelompok Legio Maria, Marriage Encounter ( ME), wanita Katolik dan sebagainya.
  3. Bidang Pengudusan (Leyturgia) adalah segala bentuk kegiatan ibadat kepada Tuhan yang dilakukan oleh umat, baik yang dilakukan secara personal maupun sosial, baik yang merupakan sakramen dan bukan sakramen. Contohnya, perayaan ekaristi, ibadat, doa novena, dan lain-lain.
  4. Bidang Pelayanan (Diakonia) adalah segala bentuk pelayanan kepada semua orang yang membutuhkan pertolongan dan bantuan. Contohnya, dalam paroki terdapat poliklinik, dana solidaritas, yayasan yatim piatu, aktivitas aksi sosial, APP, dan lain lain.
  5. Bidang Kesaksian hidup (Martyria) adalah  segala bentuk kesaksian yang dapat diwujudkan dengan cara hidup yang benar (martir putih) dan juga kematian (martir merah).

Dengan mengetahui 5 (lima) tugas pokok Gereja, maka kita bisa mengetahui bahwa ada banyak wadah untuk pelayanan atau aktivitas yang dapat diikuti oleh kaum muda remaja. Misalnya, Putra Altar (misdinar), Legio Maria Yunior, Anthiokia, Remaja Katolik, Orang Muda Katolik, Kelompok Karyawan Muda Katolik, dan sebagainya.

Melalui berbagai wadah dan kegiatan tersebut, Gereja mengharapkan agar remaja berkembang dalam iman dan kepribadian sebagai murid-murid Kristus, melatih diri untuk menjadi kader-kader pemimpin Gereja dan masyarakat, dan mengasah kepedulian terhadap sesama.

GEREJA SEBAGAI KOMUNITAS YANG HIDUP

Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  bahwa Gereja adalah komunitas yang hidup, sehingga mereka mau terlibat di dalam komunitas Gereja tersebut

Kosa kata / kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. (1 Kor 12: 12)

Menggali pengalaman hidup tentang komunitas yang hidup

Suatu kelompok akan disebut sebagai komunitas yang hidup, jika komunikasi dan interaksi di dalam kelompok tersebut berlangsung terus-menerus.

Komunitas tersebut saling memperhatikan, memiliki, memberi, mendukung, menasihati, mengingatkan, mengembangkan, dan melayani. Mereka berusaha agar kebersamaam tersebut terus-menerus terjaga keutuhannya demi kebahagiaan bersama. Komunikasi dan interaksi dalam kelompok di atas ada dalam Gereja.

Gereja merupakan suatu komunitas yang hidup, yang di dalamnya berisi orang-orang yang beriman pada Kristus.

Kata ”Gereja” berasal dari kata igreja (dari bahasa Portugis) untuk menerjemahkan ecclesia (dari kata Latin), atau ekklèsia dari  bahasa Yunani, yang berarti ’kumpulan’ atau ’pertemuan,’ ’rapat.’ Namun, bukan sembarang kumpulan, melainkan kumpulan atau kelompok orang yang sangat khusus.

Kata Yunani ekklèsia sendiri sebenarnya berarti ’memanggil.’ Dari pengertian- pengertian tersebut, maka Gereja dapat diartikan sebagai umat yang dipanggil Tuhan.

Penghayatan Gereja sebagai komunitas umat beriman yang hidup nampak dalam beberapa aspek berikut:

  1. Untuk masuk menjadi anggota Gereja, setiap umat harus melalui sakramen baptis, dalam upacara inisiasi,
  2. Berkat baptisan, Roh Kudus mempersatukan semua orang dalam komunitas Gereja,
  3. Semua anggota komunitas hidup sehati dan sejiwa karena menghayati satu Allah, satu Roh, dan satu baptisan,
  4. Dalam Gereja, semua anggota dipandang dan diperlakukan sebagai saudara yang sederajat,
  5. Pemimpin dalam Gereja hadir sebagai pelayan yang mampu menghadirkan Kristus di tengah-tengah kehidupan Jemaat

Gereja sebagai suatu komunitas orang beriman yang hidup, memiliki kelompok anggota dengan peran masing-masing antara lain:

  1. Kaum klerus atau kaum tertahbis, yang terdiri atas episkopat (uskup), presbiterat (imam), dan diakonat (diakon). Mereka adalah orang yang ditahbiskan sehingga bertugas untuk menguduskan, menggembalakan, memimpin, melayani, mengajar umat,
  2. Kaum hidup bakti atau biarawan-biarawati, yang terdiri atas tarekat religius dan tarekat sekular. Mereka adalah orang yang mengucapkan Tri Kaul Suci, yaitu Kaul Ketaatan, Kemurnian, dan Kemiskinan, serta membaktikan dirinya untuk pewartaan Kabar Gembira. Mereka hidup dalam komunitas biara, tarekat, atau konggregasi tertentu, dengan pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, rumah retret, panti asuhan dan lain-lain,
  3. Kaum awam, yaitu umat kristiani yang bukan imam dan juga bukan biarawan- biarawati yang berperan penting juga dalam melaksanakan perutusan Gereja sesuai dengan bidang karya masing-masing.

Menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang Gereja sebagai komunitas yang hidup

Bacalah teks Kitab Suci berikut ini!

1 Kor 12:12-28

12 Karena sama seperti tubuh itu satu dan anggota-anggotanya banyak, dan segala anggota itu, sekalipun banyak, merupakan satu tubuh, demikian pula Kristus. 13 Sebab dalam satu Roh kita semua, baik orang Yahudi, maupun orang Yunani, baik budak, maupun orang merdeka, telah dibaptis menjadi satu tubuh dan kita semua diberi minum dari satu Roh. 14 Karena tubuh juga tidak terdiri dari satu anggota, tetapi atas banyak anggota. 15 Andaikata kaki berkata: “Karena aku bukan tangan, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 16 Dan andaikata telinga berkata: “Karena aku bukan mata, aku tidak termasuk tubuh”, jadi benarkah ia tidak termasuk tubuh? 17Andaikata tubuh seluruhnya adalah mata, di manakah pendengaran? Andaikata seluruhnya adalah telinga, di manakah penciuman? 18 Tetapi Allah telah memberikan kepada anggota, masing-masing secara khusus, suatu tempat pada tubuh, seperti yang dikehendaki-Nya. 19 Andaikata semuanya adalah satu anggota, di manakah tubuh? 20 Memang ada banyak anggota, tetapi hanya satu tubuh. 21 Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: “Aku tidak membutuhkan engkau.” Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: “Aku tidak membutuhkan engkau.” 22 Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan. 23 Dan kepada anggota-anggota tubuh yang menurut pemandangan kita kurang terhormat, kita berikan penghormatan khusus. Dan terhadap anggota- anggota kita yang tidak elok, kita berikan perhatian khusus. 24 Hal itu tidak dibutuhkan oleh anggota-anggota kita yang elok. Allah telah menyusun tubuh kita begitu rupa, sehingga kepada anggota-anggota yang tidak mulia diberikan penghormatan khusus, 25 supaya jangan terjadi perpecahan dalam tubuh, tetapi supaya anggota- anggota yang berbeda itu saling memperhatikan. 26 Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita. 27 Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. 28Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh.

Pokok peneguhan:

Ciri Gereja terdapat dalam doa Aku Percaya, yaitu Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.

  • Gereja yang satu merujuk pada ciri kesatuan dalam Gereja yang tampak dalam satu Injil, satu babtisan, dan satu jabatan yang dikaruniakan kepada Petrus dan kedua belas rasul.
  • Gereja yang kudus karena bersumber pada Kristus yang kudus, dengan tujuan menuju kekudusan, untuk kemuliaan Allah dan penyelamatan umat manusia. Jiwa dari Gereja adalah kudus, yaitu Roh Kudus dan unsur-unsur ilahi yang otentik di dalamnya adalah kudus, seperti ajaran- ajaran dan sakramen-sakramen. Anggotanya juga adalah kudus, sebab ditandai oleh Kristus melalui pembaptisan, diserahkan dan dipersatukan Kristus dalam iman, harapan, dan cinta yang kudus.
  • Gereja yang Katolik, antara lain tampak dalam rahmat dan keselamatan yang ditawarkan kepada semua orang. Iman dan ajaran Gereja yang bersifat umum, yaitu dapat diterima dan dihayati siapa pun.
  • Gereja yang apostolik karena Gereja berasal dari para rasul, dan tetap berpegang teguh pada kesaksian iman mereka. Gereja disebut apostolik karena Gereja berhubungan dengan para rasul yang diutus Kristus.

Cara mewujudkan ciri Gereja dalam kehidupan kita sebagai umat Allah antara lain:

  • Mewujudkan ciri Gereja yang satu. Usaha yang dapat digalakkan untuk memperkuat persatuan ”ke dalam” misalnya, aktif dalam kehidupan Gereja, setia, dan taat pada persekutuan umat termasuk hierarki, dan sebagainya. Sementara itu, untuk menggalakkan persatuan ”antargereja” misalnya, lebih bersifat jujur dan terbuka satu sama lain, lebih menekankan pada kesamaan dari pada perbedaan, dan mengadakan berbagai kegiatan sosial maupun peribadatan bersama, dan sebagainya.
  • Mewujudkan ciri Gereja yang kudus. Setiap anggota mau melakukan hal-hal baik seperti saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putra-putri Allah, mau terlibat dalam kegiatan Gereja yang bersifat sakramental, mau terlibat dalam karya sosial Gereja maupun kemasyarakatan, terlebih untuk orang miskin, lemah, dan terpinggirkan, dan melakukan aktivitas mendalami Sabda Tuhan dalam Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Yesus, dan sebagainya.
  • Mewujudkan ciri Gereja yang katolik. Setiap anggota mau bersikap terbuka dan menghormati kebudayaan, adat-istiadat, agama dan kepercayaan, suku, dan bangsa mana pun, mau bekerja sama dengan pihak mana saja yang berkehendak baik dalam mewujudkan nilai-nilai yang universal, selalu memprakarsai dan memperjuangkan tata dunia yang lebih baik untuk umat manusia, mau terlibat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk memperjuangkan nilai- nilai universal.
  • Mewujudkan ciri Gereja yang apostolik. Setiap anggota Gereja setia pada tradisi dan ajaran Gereja, menafsirkan dan mengevaluasi situasi konkret sesuai dengan iman Gereja para rasul, setia dan loyal kepada hierarki sebagai pengganti para rasul.

SAKRAMEN PENGURAPAN ORANG SAKIT


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  makna dan konsekuensi Sakramen Pengurapan Orang Sakit sehingga pada akhirnya dapat turut mendampingi orang yang sakit melalui doa dan tindakan

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

 “… Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni…” (Yak 5:15)

Menggali pengalaman saat menderita sakit

Setiap manusia pasti memiliki keterbatasan baik  secara fisik maupun psikis.

Secara fisik, bisa saja kita  mengalami sakit. Berbagai sikap dan perasaan dapat muncul pada saat kita mengalami sakit, seperti merasa bersalah, takut, sendirian, orang yang terbuang, menyalahkan orang lain, merasa ditinggalkan keluarga, dan sebagainya.

Ada pula yang menyikapi dengan sikap yang lain, seperti menyesali perbuatan-perbuatannya yang keliru, banyak berdoa, dan berserah diri kepada Tuhan.

Apa pun sikap yang mereka tampakkan pada saat mengalami sakit, dalam ketidakberdayaan seperti itu, mereka sangat membutuhkan pendampingan, penghiburan, dan kekuatan baik dari sesama maupun dari Tuhan. Semasa hidup-Nya, Yesus sangat memperhatikan orang yang sakit dan terpinggirkan. Karya ini dilanjutkan oleh Gereja dengan memberikan pendampingan dan melalui Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Sakramen ini adalah salah satu dari tujuh sakramen yang umumnya diberikan Gereja kepada orang yang dalam keadaan bahaya kematian atau orang yang dalam kondisi sakit berat. Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini dapat diterima lebih dari satu kali.

Ada berbagai sikap atau perasaan yang dapat muncul pada saat kita mengalami sakit, seperti merasa bersalah, takut, sendirian, terbuang, menyalahkan orang lain, ditinggalkan keluarga, dan ada pula yang menyesali perbuatan- perbuatannya yang keliru, banyak berdoa, dan berserah diri kepada Tuhan.

Memahami Sakramen Pengurapan Orang Sakit sebagai upaya Gereja mendampingi orang yang sakit

Bacalah  beberapa penggalan teks Kitab Suci berikut ini!

Mrk 6:12-13

12 Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, 13dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka.

Mrk 16:18

18 Mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.

Kis 9:34

34 Kata Petrus kepadanya: “Eneas, Yesus Kristus menyembuhkan engkau: bangunlah dan bereskanlah tempat tidurmu!” Seketika itu juga bangunlah orang itu.

Yak 5: 13-16

13 Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! 14 Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. 15 Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. 16 Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.

Pokok-pokok peneguhan sebagai berikut:

Cara Gereja dalam memperhatikan orang yang sakit adalah dengan memberikan pendampingan dan melalui pemberian Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Simbol utama  yang harus kelihatan dalam sakramen ini adalah:

  • Penumpangan tangan (tanda perlindungan, penghiburan, dan penguatan)
  • Pengurapan dengan minyak (tanda kedekatan yang meringankan, tanda Roh Kudus yang menyatukan manusia dengan Kristus).

Mereka yang terlibat dalam penerimaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini antara lain:

  • Imam sebagai pemimpin upacara yang memberi Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Imam tidak boleh diwakilkan pada orang yang tidak tertahbis,
  • Orang sakit  yang menderita sakit berat dan sudah dibaptis,
  • Jemaat yang hadir, yaitu keluarga si sakit beserta umat lingkungan setempat, yang menjadi mendukung si sakit untuk menerima rahmat Tuhan.

Makna dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit ini antara lain:

  1. Menganugerahkan rahmat Roh Kudus yang menjadikan si penderita mempunyai kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati untuk mengatasi kesulitan akibat sakitnya,
  2. Mengajak si sakit untuk mempersatukan penderitaan yang dialaminya dengan penderitaan Yesus Kristus,
  3. Menganugerahkan rahmat gerejani, yaitu keikutsertaan dalam penderitaan dan sengsara Kristus yang menyucikan dirinya,
  4. Menyiapkan orang sakit agar bila akhirnya meninggal, ia layak menghadap Bapa.

Dari makna dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit tersebut, dapatlah kita simpulkan buah-buah dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yaitu:

  1. Mendapatkan kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati,
  2. Membarui iman, harapan kepada Allah, dan menguatkan si sakit melawan segala godaan,
  3. Bantuan Tuhan dalam kesembuhan dari penyakit yang diderita,
  4.  Dosanya telah terampuni ( Yak 5: 15 ). 

SAKRAMEN TOBAT


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  makna dan konsekuensi Sakramen Tobat sehingga pada akhirnya dapat mewujudkan pertobatan dalam hidup sehari-hari

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

“…Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk 15:32)

Menggali pengalaman hidup tentang bertobat

Setiap makhluk termasuk manusia memiliki kelemahan. Karena kelemahan itulah maka manusia sering jatuh dalam dosa. Dosa dipandang sebagai perbuatan melawan cinta kasih Tuhan dan sesama, yang dilakukan secara sadar, sengaja, dan dalam keadaan bebas.

Dosa menyebabkan retaknya bahkan terputusnya relasi manusia dengan Tuhan dan sesama. Ada berbagai macam sikap seseorang dalam menanggapi dosa yang dilakukannya. Ada yang bersikap kesatria dengan mengakui kesalahan dan dosanya. Ada pula yang selalu berusaha untuk menutup-nutupi bahkan tidak mau mengakui kesalahan atau dosanya.

Allah adalah maharahim. Ia mahapengampun. Ia selalu menginginkan pemulihan relasi dengan manusia yang retak karena dosa. Ia tidak mau membiarkan manusia hidup dalam kungkungan dosa. Atas kerahiman-Nya itu, Ia selalu menanti dan mengusahakan agar manusia kembali kepadaNya, bahkan membebaskannya tanpa memperhitungkan besarnya dosa manusia (lih. I Yoh 4: 16b).

Kerahiman Allah terhadap orang yang berdosa digambarkan secara indah oleh Yesus dalam perumpamaan “Anak yang Hilang” (lih. Luk 15: 11-32) dan dinyatakan dalam kuasa-Nya sendiri untuk mengampuni dosa. Kuasa itulah yang diwariskan Yesus kepada Gereja-Nya, yaitu untuk memberikan pengampunan atas anggota Gereja yang secara sungguh ingin bertobat (lih. Yoh 20: 19-23; bdk. Mat 18: 20).

Gereja Katolik menampilkan peristiwa kerahiman Allah tersebut dalam Sakramen Tobat, atau yang disebut juga dengan Sakramen Rekonsiliasi. Sakramen Tobat menjadi tanda dan sarana pemulihan relasi manusia dan Allah yang retak atau bahkan terputus akibat perbuatan dosa. Seseorang yang telah menerima Sakramen Tobat telah diampuni dosanya (lih Yoh 20: 23; bdk. Mat 18: 19).

Sakramen Tobat adalah sakramen yang memberikan berkat pengampunan dan kesembuhan dari Tuhan kepada anggota Gereja atas dosa-dosa berat dan ringan yang dibuat setelah menerima Sakramen Baptis.

Proses atau tahapan yang biasanya dilalui oleh orang yang bertobat, antara lain:

  1. Mengakui dan menyadari kesalahan dan dosa-dosanya,
  2. Menyesali semua kesalahan dan dosanya,
  3. Berjanji untuk tidak mengulangi lagi atas kesalahan dan dosanya,
  4. Menyatakan diri bertobat. 

Dosa berarti perbuatan yang bertentangan dengan kehendak Allah, perbuatan yang tidak sesuai dengan jalan Allah, maka bertobat berarti berbalik, kembali kepada Allah, kembali ke jalan menuju Allah. Pertobatan dalam Gereja Katolik diwujudnyatakan dengan melakukan pengakuan dosa. Dalam pengakuan dosa, orang yang berdosa dengan sadar mengakui, menyesali, berjanji untuk tidak mengulangi serta menyatakan tobatnya di hadapan seorang Imam.

Adapun langkah-langkah dalam pengakuan dosa, antara lain:

  1. Di luar ruang pengakuan: melakukan pemeriksaan batin. Orang yang mengaku dosa diajak untuk mengingat kembali dosa yang telah diperbuat dalam suasana hening dan bertekad untuk menyesali dosa-dosa,
  2. Di dalam ruang pengakuan: mengakui segala dosa-dosanya, minta pengampunan dan menerima absolusi (pengampunan atas dosa-dosa yang dilakukan),
  3. Keluar dari ruang pengakuan: melakukan penitensi sebagai silih atas dosa yang diperbuat. Mengubah sikap dan tutur kata menjadi baik sebagai wujud pertobatannya.

Untuk mau mengakui kesalahan, diperlukan keberanian, menyangkal diri, dan meninggalkan ego kita. Dengan keberanian menanggalkan ego kita, maka kita akan mampu mengakui kesalahan kita.

Menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang pertobatan

1. Guru meminta peserta didik untuk membaca teks Kitab Suci berikut ini!

Luk 15: 11-32

11 Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13 Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya.14 Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat. 15 Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16 Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya kepadanya. 17 Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18 Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19 aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20 Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21 Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22 Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubbah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23 Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24 Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25 Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26 Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27 Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28 Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29 Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30 Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31 Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32 Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.”

Pokok-pokok peneguhan:

  • Kesalahan si bungsu, antara lain meminta harta warisan, seolah-olah menginginkan orang tuanya cepat meninggal, meninggalkan orang tua hanya untuk bersenang-senang, menuruti hawa nafsu dan egonya dengan bermabuk-mabukan. Kesalahan si sulung, antara lain memiliki sifat iri hati dengan adiknya, tidak merasakan menjadi bagian utuh sebagai satu keluarga bersama bapak dan si bungsu.
  • Hal yang baik dari si bungsu, antara lain menyadari bahwa ia bersalah dan berdosa terhadap Tuhan dan terhadap bapanya, menyesali dosa dan kesalahan yang dilakukannya, mau bertobat dan kembali kepada bapanya. Hal yang baik dari si sulung adalah  kesetiaan kepada bapanya, pada akhirnya mau menerima adiknya.

Buah dari Sakramen Tobat antara lain:

  1. Rekonsiliasi dengan Allah. Kita berdamai dengan Allah sehingga kita hidup dalam rahmat. Sebab Ia selalu menawarkan perdamaian kepada manusia.
  2. Rekonsiliasi dengan Gereja. Seseorang yang menerima Sakramen Tobat tidak hanya didamaikan dengan Allah saja, tetapi juga dengan Gereja. “Mereka yang menerima Sakramen Tobat memperoleh pengampunan dari belas kasih Allah atas penghinaan mereka terhadap-Nya, sekaligus mereka didamaikan dengan Gereja yang telah mereka lukai dengan berdosa, ....” (Lumen Gentium art 11).  
  3. Rekonsiliasi dengan semua makhluk dan alam ciptaan.

Sakramen Tobat atau rekonsiliasi mengingatkan manusia yang berdosa bahwa pendamaian itu juga mesti merangkum seluruh tata relasi manusia dengan alam sekitarnya. Dengan demikian, Sakramen Tobat akan memberikan kedamaian, ketenangan, dan kekuatan untuk berjuang mengalahkan kuasa dosa, dan pemulihan hubungan dengan Tuhan, sesama, serta alam semesta. Kekudusan Gereja pun dipulihkan kembali karena pertobatan kita.

SAKRAMEN PENGUATAN (KRISMA)


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  makna dan konsekuensi Sakramen Penguatan sehingga pada akhirnya dapat bersyukur atas kehadiran Roh Kudus dalam Sakramen Penguatan

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata- kata dalam bahasa- bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. (Kis 2:4)

Memahami Sakramen Penguatan berdasarkan pengalaman

Sakramen penguatan merupakan sakramen yang akan menyempurnakan inisiasi, juga melengkapi rahmat baptis yang sebelumnya telah diterima. Selain diakui sebagai anggota Gereja secara resmi, setelah menerima sakramen penguatan, seseorang juga akan memiliki ikatan yang lebih kuat dengan Gereja.

Sakramen Penguatan adalah sakramen kedewasaan, pemantapan. Orang yang menerima sakramen ini diharapkan memiliki kedewasaan dalam hal iman. Melalui Sakramen Penguatan, kita menerima Roh kudus agar kita lebih kuat dalam bertindak sebagai sebagai anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, mendorong kita mengambil bagian lebih aktif dalam perutusan, dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman kristen dengan perkataan dan perbuatan. (Katekismus Gereja Katolik no 1316).

Dengan menerima sakramen penguatan, kita menjadi dewasa dalam iman sehingga kita menjadi lebih bertanggung jawab atas iman, mampu membedakan yang baik dan jahat, mandiri, mampu mengambil keputusan dengan bijak, mampu mengendalikan diri, tidak mudah terbawa arus atau terombang-ambing imannya. 

Ada beberapa tanda kedewasaan iman dalam Kristus yang diharapkan dimiliki seseorang setelah menerima Sakramen Penguatan, yaitu:

  1. Kita dapat memusatkan perhatian kepada Kristus dan bukan kepada diri sendiri,
  2. Kesediaan untuk memberikan diri kita untuk pekerjaan-pekerjaan Allah di dunia,
  3. Tidak mudah bertengkar dengan sesama, terutama dengan sesama umat,
  4. Mau dengan hati lapang memikul salib yang Tuhan izinkan terjadi di dalam kehidupan kita, dengan harapan akan kebangkitan bersama Kristus,
  5. Mau mengikuti seluruh ajaran dan kehendak Tuhan dan tidak memilih-milih dan menyesuaikan dengan kehendak kita sendiri.

Setiap orang beriman kristiani yang akan menerima sakramen penguatan diharapkan memenuhi syarat-syarat, antara lain:

  1. Telah dibabtis secara katolik dan tergabung dalam kesatuan Katolik
  2. Berusia minimal 14 tahun (kelas 2 SMP)
  3. Mengikuti pembinaan khusus penerimaan sakramen penguatan
  4. Dewasa secara iman dan rohani
  5. Melakukan pengakuan dosa

Pelaksanaan sakramen penguatan dilakukan melalui penumpangan tangan yang disertai juga dengan pengurapan minyak krisma oleh Uskup.

Mendalami makna Sakramen Penguatan berdasarkan ajaran Gereja dan Kitab Suci

Bacalah Katekismus Gereja Katolik dan Kitab Suci berikut ini!

KGK 1316

Penguatan menyempurnakan rahmat Pembaptisan. Itu adalah Sakramen yang memberi Roh Kudus, supaya mengakarkan kita lebih kuat dalam persekutuan anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, membuat kita mengambil bagian yang lebih banyak dalam perutusannya, dan membantu kita, supaya memberi kesaksian iman Kristen dengan perkataan dan perbuatan.

Kis 2:1-13

1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata- kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatanperbuatan besar yang dilakukan Allah.” 12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?” 13 Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.”

Pokok-pokok peneguhan:

Sakramen penguatan adalah sakramen kedewasaan, pemantapan. Orang yang menerima sakramen ini diharapkan memiliki kedewasaan dalam hal iman.

Melalui sakramen penguatan, kita menerima Roh kudus agar kita lebih kuat dalam bertindak sebagai sebagai anak-anak Allah, menggabungkan kita lebih erat dengan Kristus, memperkuat hubungan kita dengan Gereja, mendorong kita mengambil bagian lebih aktif dalam perutusan, dan membantu kita supaya memberi kesaksian iman kristen dengan perkataan dan perbuatan.

Rahmat atau buah-buah dari sakramen penguatan antara lain:

  • Menerima curahan Roh Kudus, seperti yang dialami oleh para rasul pada hari Pentakosta.
  • Memperkuat rahmat pembaptisan, yaitu menjadikan kita anak-anak Allah dengan lebih sungguh, meneguhkan persatuan kita dengan Kristus, menambah karunia Roh Kudus, mengikat kita lebih sempurna dengan Gereja.
  • Tanda rohani yang tak terhapuskan sebagai seorang Katolik yang dewasa.
  • Menyempurnakan perutusan byang diterima dalam pembaptisan.

Hal yang seharusnya dilakukan oleh orang yang telah menerima Roh Kudus, sebagai konsekuensi dari sakramen penguatan, yaitu bertanggung jawab menjadi saksi Kristus baik dalam Gereja sendiri, dalam keluarga, dan di lingkungan masyarakat yang lebih luas.

SAKRAMEN EKARISTI


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami  makna dan konsekuensi Sakramen Ekaristi sehingga pada akhirnya dapat menghayati ekaristi dalam hidup sehari-hari

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu diingat

 “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” (Luk 22:19)

Memahami makna ekaristi berdasar pengalaman diri

Sakramen Inisiasi yang kedua dalam Gereja Katolik adalah Sakramen Ekaristi.

Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup kristiani yang berarti bahwa dalam seluruh pelayanan Gereja dirayakan dengan sakramen Ekaristi (Lumen Gentium art 11). Perayaan ekaristi merupakan tindakan Kristus sendiri dimana pada waktu perjamuan malam terakhir, Kristus telah mempersembahkan diri-Nya kepada Bapa untuk kita, Dia telah memberikan diri-Nya bagi kita sebagai roti hidup sepanjang ziarah kita di dunia ini menuju kepada Bapa. Oleh karenanya, hendaknya kita senantiasa bersikap yang baik menghormati sakramen mahakudus dan terlibat aktif dalam Perayaan Ekaristi.

Ada beberapa sikap badan dalam perayaan Ekaristi antara lain: 1) ada saatnya untuk berdiri, 2) ada saatnya untuk duduk dan 3) ada saatnya untuk berlutut. Puncak dari perayaan ekaristi ada pada saat doa syukur agung. Secara garis besar,

Susunan tata perayaan ekaristi terdiri dari 4 upacara yaitu: 

  1. Ritus Pembuka, 
  2. Liturgi Sabda, 
  3. Liturgi Ekaristi, dan 
  4. Ritus Penutup. 

Sikap badan saat mengikuti Perayaan Ekaristi, antara lain duduk, berdiri, dan berlutut.

  • Berlutut merupakan sikap doa yang mengungkapkan kerendahan hati seseorang yang ingin memohon kepada Tuhan atau bersembah sujud kepada-Nya.
  • Berdiri merupakan ungkapan kesiapsediaan, penghormatan dan perhatian pada kehadiran Tuhan. Berdiri menyatakan keyakinan perasaan yang utuh, jiwa yang siaga di hadapan Allah, siap bertemu dan berdialog dengan yang Ilahi.
  • Duduk mengungkapkan kesiapan umat untuk mendengarkan sabda Tuhan, entah melalui bacaan Kitab Suci atau pun homili. Duduk juga mengungkapkan sikap tenang untuk menanti, mendengarkan, dan menghormati Tuhan.

Memahami makna ekaristi dalam Kitab Suci

Bacalah teks Kitab Suci berikut ini!

Penetapan Perjamuan Malam (Luk 22: 14-23)

14 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul- rasul-Nya. 15 Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. 16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.” 17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. 18 Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.” 19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” 20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. 21 Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. 22Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” 23 Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian.

Pokok-pokok peneguhan:

  1. Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistien yang berarti puji syukur. Maka perayaan ekaristi adalah: Ucapan syukur dan pujian kepada Bapa, Kenangan akan kurban Kristus dan tubuh-Nya, Kehadiran Kristus oleh kekuatan perkataan-Nya dan Roh-Nya.
  2. Dasar dari sakramen ekaristi adalah peristiwa perjamuan malam terakhir Yesus dengan murid-murid-Nya pada malam sebelum Ia ditangkap dan disalibkan (Mrk 14:12-21)
  3. Roti dan Anggur dalam ekaristi adalah simbol Tubuh dan Darah Kristus
  4. Untuk menyambut komuni kudus, hendaknya kita dalam keadaan rahmat, yang berarti tidak berdosa. Apabila kita sedang dalam keadaan dosa, hendaknya sebelum menerima komuni (sebelum mengikuti perayaan ekaristi) kita melakukan pengakuan dosa.
  5. Dengan menerima tubuh Kristus bersama dengan umat yang lain, maka kita dipersatukan dengan Yesus Kristus dan dipersatukan dengan semua umat yang sama-sama menyambut tubuh Kristus.

Sabtu, 25 Januari 2025

ROH KUDUS MEMBERI DAYA KEKUATAN


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami karya Roh Kudus bagi para rasul, bagi Gereja dan bagi umat Allah, sehingga mampu untuk menghayati penyertaan Roh Kudus dalam hidup sehari-hari.

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu direnungkan

 “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” (Kis 2:38)

 Memahami Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus

Peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul pada hari Pentakosta menjadi tonggak perubahan para rasul. Melalui peristiwa Pentakosta, Roh Kudus menggerakkan dan mengobarkan semangat para rasul. Mereka yang tadinya takut dan bersembunyi menjadi memiliki kekuatan dan keberanian untuk mewartakan karya penyelamatan yang diwartakan Yesus Kristus.

Roh Kudus juga memberikan pendampingan kepada para rasul sehingga mereka dapat berbicara dengan banyak bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang yang datang dari berbagai bangsa. Dalam peristiwa Pentakosta itu, kita lihat pula bahwa Roh Kudus juga mempersatukan umat dari berbagai bangsa.  

Macam-macam karunia Roh Kudus:

Karunia kebijaksanaan, Karunia pengertian, Karunia nasihat, Karunia pengenalan, Karunia kesalehan, Karunia takut akan Allah

Memahami karya Roh Kudus dalam diri para rasul dan Gereja-Nya.

Bacalah  penggalan teks Kitab Suci berikut ini!

Kis. 2: 1-4

1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Kis 2:14-43

14 Maka bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu, dan dengan suara nyaring ia berkata kepada mereka: “Hai kamu orang Yahudi dan kamu semua yang tinggal di Yerusalem, ketahuilah dan camkanlah perkataanku ini. 15 Orang-orang ini tidak mabuk seperti yang kamu sangka, karena hari baru pukul sembilan, 16 tetapi itulah yang difirmankan Allah dengan peranantaraan nabi Yoël: 17 Akan terjadi pada hari-hari terakhir -- demikianlah firman Allah -- bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. 18 Juga ke atas hamba-hamba-Ku laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan Roh-Ku pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat. 19 Dan Aku akan mengadakan mujizat-mujizat di atas, di langit dan tanda- tanda di bawah, di bumi: darah dan api dan gumpalan-gumpalan asap. 20 Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari Tuhan, hari yang besar dan mulia itu. 21 Dan barangsiapa yang berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. 22 Hai orang-orang Israel, dengarlah perkataan ini: Yang aku maksudkan, ialah Yesus dari Nazaret, seorang yang telah ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan-kekuatan dan mujizat-mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan peranantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu. 23 Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencana-Nya, telah kamu salibkan dan kamu bunuh oleh tangan bangsa-bangsa durhaka. 24Tetapi Allah membangkitkan Dia dengan melepaskan Dia dari sengsara maut, karena tidak mungkin Ia tetap berada dalam kuasa maut itu. 25Sebab Daud berkata tentang Dia: Aku senantiasa memandang kepada Tuhan, karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. 26 Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorak, bahkan tubuhku akan diam dengan tenteram, 27 sebab Engkau tidak menyerahkan aku kepada dunia orang mati, dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. 28 Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; Engkau akan melimpahi aku dengan sukacita di hadapan-Mu. 29 Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. 30 Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. 31 Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. 32 Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. 33 Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. 34 Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: 35 Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. 36 Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” 37 Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” 38 Jawab Petrus kepada mereka: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus. 39 Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita.” 40 Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” 41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. 42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. 43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.

Pokok-pokok peneguhan sebagai berikut:

Setelah menerima Roh Kudus, para rasul yang awalnya merasa sedih dan takut menjadi berani untuk memberikan kesaksian tentang Yesus. Mereka dapat berkata-kata dengan banyak bahasa dan dapat dimengerti oleh berbagai bangsa.

Karya dan pengaruh Roh Kudus atas para rasul antara lain:

  • Memberikan keberanian kepada para rasul. Dari semula takut menjadi berani menjadi saksi.
  • Memberikan pendampingan kepada para rasul. Mereka dimampukan untuk berbicara dalam banyak bahasa dan dimengerti oleh berbagai bangsa.
  • Memberikan kekuatan kepada para rasul. Roh Kudus menjadikan mereka mampu berkata-kata tentang Kristus, bersaksi tentang Yesus Kristus.

Roh Kudus tetap berkarya hingga sekarang dengan memberikan pendampingan kepada Gereja-Nya dan kepada seluruh umat kesayangan- Nya. Seperti yang dijanjikan Yesus bahwa Ia akan menyertai sampai akhir zaman.

Roh Kudus terus berkarya hingga sekarang, dari Gereja perdana hingga Gereja masa kini. Peranan Roh Kudus bagi Gereja antara lain:

  • Roh Kudus menjadikan Gereja tetap hidup, beraktivitas dan berkembang,
  • Roh Kudus mengajarkan tentang Kebenaran Allah, yaitu mewartakan tentang Yesus Kristus sendiri dan karya Penyelamatan-Nya,
  • Roh Kudus menuntun Gereja kepada kekudusan,
  • Roh Kudus menggerakkan, mendorong, menguatkan, dan memberikan semangat kepada Gereja untuk berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah.

Peranan Roh Kudus juga begitu besar bagi perkembangan dan cara hidup umat beriman hingga sekarang, antara lain:

  • Roh Kudus memampukan kita untuk memberi kesaksian hidup (martyria),
  • Roh Kudus memampukan kita untuk melaksanakan tugas pelayanan (diakonia),
  • Roh Kudus menggerakkan dan mendorong kita untuk membangun persekutuan yang kokoh (koinonia),
  • Roh Kudus mendorong umat beriman untuk saling menguduskan melalui kegiatan liturgi (liturgia).

Kita juga dapat merasakan dan mengalami pendampingan Roh Kudus melalui beberapa cara, seperti:

  • Roh Kudus mendampingi kita melalui Sabda-Nya dalam Kitab Suci,
  • Roh Kudus mendampingi kita melalui Gereja-Nya dengan berbagai ajaran iman yang disampaikan Gereja,
  • Roh Kudus mendampingi kita melalui bimbingan orang lain, dan
  • Roh Kudus mendampingi kita melalui bimbingan secara khusus, melalui peristiwa-peristiwa khusus. diharapkan mampu untuk memahami daya dan karya Roh Kudus pada dirinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga kita dapat membangun persekutuan yang semakin erat dengan Roh Kudus seperti yang diteladankan oleh jemaat perdana.

YESUS MENGUTUS ROH KUDUS


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami pemenuhan janji Yesus akan Roh Kudus sehingga mereka semakin meyakini karya-karya Roh Kudus dalam hidup sehari-hari

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu direnungkan

” Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.” (Yoh 16:13)

Menggali pengalaman hidup tentang menjadi saksi

Peristiwa Yesus disalibkan, wafat, dan dimakamkan membuat para rasul mengalami kesedihan dan ketakutan. Mereka sedih karena merasa ditinggalkan oleh Sang Guru. Kesedihan itu mulai terobati ketika mereka mengetahui bahwa Yesus telah bangkit dan menerima penampakan Yesus di tengah-tengah mereka. Sesudah kebangkitan-Nya dari alam maut, Yesus Kristus naik ke surga. Sebelum naik ke surga, Yesus menjanjikan kepada mereka seorang penolong yang akan membantu mereka. “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran” (Yoh 14: 16- 17).

Janji Yesus ini telah terpenuhi melalui peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul dalam peristiwa Pentakosta. Roh Kudus turun atas para rasul dalam rupa lidah- lidah api dan tiupan angin yang kencang, yang memenuhi seluruh ruangan ketika mereka berkumpul. Para murid percaya bahwa Roh Kudus adalah Roh Yesus sendiri yang pernah dijanjikan-Nya kepada mereka. Seorang penolong yang lain yang dijanjikan Yesus disebutnya sebagai Roh Kebenaran (Yoh 14:17). Roh Kudus disebut juga sebagai Roh Kebenaran, yang senantiasa mengajarkan tentang Kebenaran Allah, yaitu mewartakan tentang Yesus Kristus dan karya Penyelamatan-Nya.

Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang senantiasa dan selalu menuntun Gereja kepada kekudusan. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang senantiasa dan selalu menggerakkan, mendorong, menguatkan, dan memberikan semangat kepada Gereja untuk berkarya dan mewartakan Kerajaan Allah. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran, yang senantiasa membimbing dan memimpin kita menuju kepada kebenaran Allah. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran oleh karena yang dikatakan, didengar, dan diberitakan berasal dari Allah. Itulah Roh Kudus yang dijanjikan Yesus kepada para Rasul. Melalui peristiwa Pentakosta, Roh Kudus yang dijanjikan oleh Yesus benar-benar hadir dan memenuhi hati para rasul. Roh Kudus mengubah hati mereka, menyemangati dan mempersatukan semua orang dari berbagai bangsa. Peristiwa Pentakosta menguatkan iman para rasul bahwa Yesus tidak akan pernah meninggalkan mereka.

Yesus Kristus akan menyertai mereka sampai akhir zaman. Dengan janji ini, Roh Kudus juga tetap berkarya hingga sekarang, yaitu hadir dalam Gereja, dan selanjutnya menjiwai, membimbing, dan menyertai Gereja.

Menggali inspirasi dari Kitab Suci tentang turunnya Roh Kudus atas Para Rasul

Bacalah dua teks Kitab Suci berikut ini!

Yoh 16 : 8- 15

8 Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; 9 akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; 10 akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; 11 akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. 12 Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. 13 Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang. 14 Ia akan memuliakan Aku, sebab Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku. 15 Segala sesuatu yang Bapa punya, adalah Aku punya; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitakan kepadamu apa yang diterima-Nya dari pada-Ku.

Kis. 2: 1-13

1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat. 2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk; 3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. 4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. 5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit. 6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri. 7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea? 8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: 9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, 10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, 11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan- perbuatan besar yang dilakukan Allah.” 12 Mereka semuanya tercengang- cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?” 13 Tetapi orang lain menyindir: “Mereka sedang mabuk oleh anggur manis.”

Pokok peneguhan sebagai berikut:

  1. Setelah peristiwa sengsara dan wafat Yesus, para rasul mengalami kesedihan dan ketakutan yang luar biasa. Mereka mengalami kesedihan karena merasa ditinggalkan oleh Gurunya yang selama ini selalu mereka ikuti. Mereka pun merasa takut untuk memberikan kesaksian tentang Yesus. Dalam ketakutan itu, mereka berharap dan  menantikan terpenuhinya janji Yesus untuk mengutus Roh Penghibur.
  2. Roh Penghibur yang dijanjikan Yesus itu adalah Roh kudus sendiri, yang adalah Roh Kebenaran. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran yang mengajarkan tentang Kebenaran Allah, yaitu mewartakan tentang Yesus Kristus sendiri dan karya Penyelamatan-Nya.
  3. “Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran.” (Yoh 16: 13). Berkat bimbingan Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran itulah kita juga diberi keberanian untuk bersaksi tentang Tuhan Yesus dan karya-karya-Nya yang kita imani.
  4. Kerinduan para rasul itu akhirnya terpenuhi pada peristiwa Pentakosta, yaitu peristiwa turunnya Roh Kudus atas para Rasul. Pada waktu itu, tiba-tiba terjadi tiupan angin yang keras memenuhi seluruh rumah dan lidah-lidah api bertebaran hinggap pada mereka masing-masing, lalu mereka dipenuhi Roh Kudus (Kis.2: 1-11).
  5. Peristiwa turunnya Roh Kudus atas para rasul ini membuktikan bahwa Yesus tidak pernah meninggalkan murid-murid-Nya. Ia senantiasa menyertai mereka sampai akhir zaman.
  6. Roh Kudus dilambangkan dengan angin, maka hendaknya kita menyadari bahwa Roh Kudus senantiasa berkarya dalam setiap langkah hidup kita, menggerakkan kita kemana Roh itu mau, yaitu menuju kepada kebaikan. Roh Kudus juga dilambangkan dengan api, maka kita menyadari bahwa Roh Kuduslah yang menyemangati hidup kita, yang selalu mengobarkan semangat kita untuk mewartakan karya keselamatan Kristus.

YESUS NAIK KE SURGA


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami kenaikan Yesus ke surga, sehingga dapat (menghayati makna) kebangkitan-Nya dalam hidup sehari- hari.

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu direnungkan

Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga (Lukas 24:51)

Memahami makna peristiwa Kenaikan Yesus ke surga

Bacalah  teks Kitab Suci berikut ini,

Mat 28:16-20

16Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati, kesebelas murid berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. 17Ketika melihat Dia, mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. 18Yesus mendekati mereka dan berkata, “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi. 19Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku, dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”

Luk 24:44-53

44 Ia berkata kepada mereka: “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur.” 45 Lalu Ia membuka pikiran mereka, sehingga mereka mengerti Kitab Suci. 46 Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, 47 dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. 48 Kamu adalah saksi dari semuanya ini. 49 Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.” 50 Lalu Yesus membawa mereka ke luar kota sampai dekat Betania. Di situ Ia mengangkat tangan-Nya dan memberkati mereka. 51 Dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga. 52 Mereka sujud menyembah kepada-Nya, lalu mereka pulang ke Yerusalem dengan sangat bersukacita. 53 Mereka senantiasa berada di dalam Bait Allah dan memuliakan Allah

Pokok-pokok peneguhan sebagai berikut:

  1. Kenaikan Yesus Kristus merupakan peristiwa yang terjadi 40 hari setelah Yesus bangkit, yang disaksikan oleh para murid dan orang banyak saat Yesus terangkat ke langit.
  2. Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga menunjukkan kebenaran akan janji-Nya untuk menyediakan tempat bagi orang-orang yang percaya pada- Nya. Peristiwa Tuhan Yesus yang naik ke surga menunjukkan bahwa Yesus memberikan kepastian hidup kekal dan persekutuan dengan Bapa.  
  3. Kenaikan Yesus ke surga juga memberi tugas bagi kita para murid untuk terus memberitakan injil ke seluruh dunia, agar nama Yesus semakin dipuji dan karya pewartaan-Nya dapat berlangsung terus menerus sehingga semakin banyak orang yang akan sampai kepada Bapa.

Bagi kita umat Katolik,  ada dua pesan iman yang dapat ditarik dari peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke surga:

  1. Kita tak perlu ragu apalagi takut dan kuatir ketika diutus untuk menjadi perpanjangan Tuhan melanjutkan karya-karya-Nya.
  2. Dalam menjalani hidup dan karya pewartaan, kita harus tetap memiliki suka cita dan semangat yang berkobar.

KEBANGKITAN YESUS


Tujuan Pembelajaran

Peserta didik dapat memahami kebangkitan  Yesus, sehingga meninggalkan cara hidup yang lama menuju    hidup yang baru, menjadi orang yang selalu bersyukur dan mudah berterima kasih.

Kosa kata/ kata kunci/ Ayat yang perlu direnungkan

 “… Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yohanes 20:29)

Memahami makna kebangkitan dalam hidup sehari- hari

Kebangkitan Yesus merupakan salah satu puncak dari iman Katolik. Kebangkitan Yesus membangun keyakinan yang teguh bahwa Allah menyelamatkan manusia. Penderitaan karena setia melaksanakan kehendak Tuhan mendapat ganjaran penuh dan kematian tidaklah menjadi sebuah kesia-siaan. Yesus bangkit menjadi yang sulung dari antara manusia dan kita pun turut mengikuti jalan keselamatan yang telah dirintis Yesus.

Memahami kebangkitan Yesus

Bacalah  teks Kitab Suci berikut ini!

Mat 28:1-10

1 Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu. 2 Maka terjadilah gempa bumi yang hebat sebab seorang malaikat Tuhan turun dari langit dan datang ke batu itu dan menggulingkannya lalu duduk di atasnya. 3 Wajahnya bagaikan kilat dan pakaiannya putih bagaikan salju. 4 Dan penjaga- penjaga itu gentar ketakutan dan menjadi seperti orang-orang mati. 5 Akan tetapi malaikat itu berkata kepada perempuan-perempuan itu: “Janganlah kamu takut; sebab aku tahu kamu mencari Yesus yang disalibkan itu. 6 Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit, sama seperti yang telah dikatakan- Nya. Mari, lihatlah tempat Ia berbaring. 7 Dan segeralah pergi dan katakanlah kepada murid-murid-Nya bahwa Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat Dia. Sesungguhnya aku telah mengatakannya kepadamu.” 8 Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus. 9 Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu.” Mereka mendekati-Nya dan memeluk kaki-Nya serta menyembah-Nya. 10 Maka kata Yesus kepada mereka: “Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.”

Yoh 20:24-29

24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ. 25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka: “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya.” 26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” 27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: “Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” 28 Tomas menjawab Dia: “Ya Tuhanku dan Allahku!” 29 Kata Yesus kepadanya: “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”

Pokok-pokok peneguhan sebagai berikut:

  1. Kematian Yesus di kayu salib bagi kebanyakan orang Yahudi adalah kegagalan misi Yesus. Seluruh karya-Nya seolah-olah musnah seiring dengan kematian-Nya. Namun, dengan kebangkitan-Nya, Yesus membalikkan semua pendapat orang Yahudi ini.
  2. Kebangkitan Yesus memberi harapan baru bagi umat manusia bahwa setelah kematian di dunia ini, ada harapan kehidupan yang lebih baik.
  3. Kitab Suci menunjukkan suatu tanda yang diyakini sebagai bukti kebangkitan Yesus, yaitu batu penutup kubur Yesus yang terguling, kesaksian para murid yang mendapati kubur Yesus kosong, jenasah Yesus tidak ada di situ, kain kafan yang tergeletak di tanah, dan berita dari malaikat yang mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit. Selain itu, bukti lain adalah peristiwa Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya.

Makna dari kebangkitan Yesus adalah :

  • Kebangkitan Yesus merupakan pemenuhan janji keselamatan dari Allah, pemenuhan sabda dan karya Yesus tentang keselamatan, dan pembuktian bahwa Dia adalah mesias, sang penyelamat manusia.
  • Kebangkitan Yesus adalah permulaan dari kehidupan baru, kelahiran baru sebagai anak-anak Allah yang dimeterai oleh darah Kristus. Yesus mengalahkan dosa dan maut sehingga kita memperoleh kehidupan kekal berkat penebusan Kristus.

Sebagai murid Kristus, kita diajak untuk mewujudkan semangat kebangkitan dalam hidup sehari-hari melalui perbuatan-perbuatan sederhana untuk membangkitkan semangat sesama terlebih yang menderita.

Kebangkitan tidak hanya dipahami dalam arti sempit, tetapi juga dalam arti yang lebih luas, yaitu kebangkitan dari kemalasan, bangkit dari kelesuan, dan bangkit dari situasi “jatuh” atau terpuruk.

Sorotan

KUMPULAN SOAL

 KELAS 7 (bab III) Soal Pilihan Ganda HOTS: Peran Keluarga bagi Perkembanganku 1. Mengapa peran keluarga sangat penting dalam perkembangan ...