Tujuan Pembelajaran
Peserta didik mampu memahami
arti kebebasan yang sejati sebagai anak Allah sehingga mereka dapat
mengekspresikan kebebasan itu untuk melakukan hal-hal yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
Kosa kata / kata
kunci/ Ayat yang perlu diingat
Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka.
Tetapi janganlah kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk
kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih.
(Gal 5:13)
Menggali Pengalaman
tentang Kebebasan
Sejak dari dalam kandungan, manusia memiliki hak asasi dan berhak menentukan sikap dan tindakannya dengan penuh kebebasan. Setiap orang harus menghargai hak asasi orang lain agar tidak terjadi gesekan atau kesalahpahaman yang dapat menimbulkan perpecahan antarsesama.
Sering
kali banyak orang mengartikan kebebasan secara salah. Kebebasan diartikan
secara sempit, misalnya ”tidak terikat”
Pengertian kebebasan yang sempit ini sering diartikan ”boleh bertindak atau
berbuat apa pun.”
Masih
ada orang yang menganggap bahwa aturan yang dibuat oleh masyarakat itu sebagai
pengekang kebebasan mereka, padahal aturan itu dibuat untuk menjamin agar
setiap orang mampu melakukan kebebasannya itu secara bertanggung jawab dengan
tidak melanggar kebebasan orang lain.
Bebas itu
mengandung dua makna, yaitu bebas dari dan bebas untuk. Kita bisa bebas dari
berbagai hal yang tidak menyenangkan atau yang merugikan, tetapi juga kita
memiliki kebebasan untuk melakukan segala sesuai sesuai dengan aturan yang
berlaku.
Menggali Inspirasi
dalam Dokumen Gereja dan Kitab Suci tentang Kebebasan Anak-anak Allah
Bacalah Dokumen Gereja
dan teks Kitab Suci berikut ini:
Keluhuran Kebebasan
(Gaudium et Spes art 17)
Adapun manusia hanya dapat berpaling kepada kebaikan bila ia bebas. Kebebasan itu oleh orang-orang zaman sekarang sangat dihargai serta dicari penuh semangat, dan memang tepatlah begitu. Tetapi sering pula orang-orang mendukung kebebasan dengan cara yang salah, dan mengartikannya sebagai kesewenang-wenangan untuk berbuat apa pun sesuka hatinya, juga kejahatan. Sedangkan kebebasan yang sejati merupakan tanda yang mulia gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri, supaya ia dengan sukarela mencari Penciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan. Maka martabat manusia menuntut, supaya ia bertindak menurut pilihannya yang sadar dan bebas, artinya: digerakkan dan di dorong secara pribadi dari dalam, dan bukan karena rangsangan hati yang buta, atau semata-mata paksaan dari luar. Adapun manusia mencapai martabat itu, bila ia membebaskan diri dari segala penawanan nafsu-nafsu, mengejar tujuannya dengan secara bebas memilih apa yang baik, serta dengan tepat-guna dan jerih-payah yang tekun mengusahakan sarana-sarananya yang memadai. Kebebasan manusia terluka oleh dosa; maka hanya berkat bantuan rahmat Allah mampu mewujudkan secara konkrit nyata arah-gerak hatinya kepada Allah. Adapun setiap orang harus mempertanggungjawabkan perihidupnya sendiri di hadapan takhta pengadilan Allah, sesuai dengan perbuatannya yang baik maupun yang jahat.
Galatia 5:1,13-15
1 Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. 13Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih. 14Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu irman ini, yaitu: “Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri!” 15Tetapi jikalau kamu saling menggigit dan saling menelan, awaslah, supaya jangan kamu saling membinasakan.
Pokok-pokok penegasan sebagai berikut:
- Kebebasan yang sejati merupakan tanda mulia gambar Allah dalam diri manusia. Sebab Allah bermaksud menyerahkan manusia kepada keputusannya sendiri, supaya ia dengan sukarela mencari Penciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas, manusia mencapai kesempurnaan sepenuhnya yang membahagiakan.
- Manusia hendaknya membebaskan diri dari segala tawaran hawa nafsu dan mengejar tujuannya secara bebas dengan memilih yang terbaik untuk dirinya.
- Berkat sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus, kita adalah orang-orang yang telah dibebaskan, maka sudah sepatutnyalah kita pun diajak untuk membebaskan sesama, bukan bertindak sebaliknya, menggunakan kebebasan yang sudah diberikan untuk hal-hal yang tidak berguna (Gal 5: 13).
- Tetapi janganlah kamu menggunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain dengan penuh kasih.
- Pandangan gereja tentang kebebasan mengandung dua segi yang tidak dapat dipisahkan yaitu: manusia memang harus bebas dari hal-hal yang mengekang dan menghambat seseorang untuk berkembang dan mengaktualisasikan dirinya (bebas dari), manusia juga harus bebas untuk melakukan segala sesuatu yang baik dan benar dalam upaya membawa dirinya menuju kesempurnaan (bebas untuk).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar